Pendidikan Sebagai Sistem

Pemaknaan sebuah kata bisa di lihat dari berbagi pendekatan dan berbagai sudut pandang, dalam hal ini kata 'pendidikan' bisa di maknai dengan pendekatan monodisipliner, pendekatan fenomenologis, dan pendekatan sistem. Pemaknaan sebuah kata bisa di lihat dari berbagi pendekatan dan berbagai sudut pandang, dalam hal ini kata 'pendidikan' bisa di maknai dengan pendekatan monodisipliner, pendekatan fenomenologis, dan pendekatan sistem.


Dengan pendekatan monodisipliner, kata pendidikan bisa di definisikan dengan berbagai disiplin ilmu, karena setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda. berdasarkan hasil studi terhadap objek formalnya masing-masing, setiap disiplin ilmu menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau definisi yang identik dengan pendidikan. Misalnya, dengan memakai pendekatan sosiologi, maka pendidikan identik dengan sosialisasi (socialization) atau proses bersosial; dengan pendekatan antropologi, maka pendidikan identik dengan enkulturasi (enculturation) atau proses pembudayaan; dengan pendekatan ekonomi, maka pendidikan identik dengan penanaman modal pada diri manusia (human investment); dengan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi (civilization) atau peradaban; dengan pendekatan psikologi, maka pendidikan identik dengan personalisasi atau individualisasi (personalization or individualization) atau perbuatan yang di capai demi kepentingan pribadi; dan dengan pendekatan biologi, maka pendidikan identik dengan adaptasi (adaptation) atau proses penyesuaian diri.

Dengan pendekatan fenomenologis, maka pendidikan bisa dipahami sebagai suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara sengaja untuk membantu anak atau orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.

Sedangkan pendidikan dengan memakai pendekatan sistem, atau makna dari pendidikan sebagai sebuah sistem adalah sebagai berikut. Pertama, saya akan mencoba menguraikan kata pendidikan itu sendiri, dan kata sistem itu sendiri, yang kemudian mencoba memahami kata pendidikan dengan pendekatan sistem. Selanjutnya saya akan mencoba mengulas sedikit tentang komponen-komponen pendidikan sebagai sistem, tujuan pendidikan sebagai sistem, dan karakteristik pendidikan sebagai sistem.



Makna Pendidikan Sebagai Sistem

Untuk memaknai kata pendidikan dengan memakai pendekatan sistem, akan lebih baiknya kalau kita memahai kata pendidikan itu sendiri dan memahami kata sistem itu sendiri.
Ada banyak definisi pendidikan yang diutarakan oleh para pakar dibidangnya, namun di sini hanya akan diutarakan dua definisi saja, yaitu;
1. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
2. Menurut Undang-undang sistem pendidikan No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan arti dari kata sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Dengan demikian, pendidikan sebagai sistem adalah penerapan (aplication) pandangan sistem (system view atau system thinking) dalam upaya memahami sesuatu atau memecahkan suatu permasalahan. Apabila kita mengaplikasikan pendekatan sistem dalam mempelajari pendidikan, maka dapat didefinisikan bahwa pendidikan adalah suatu keseluruhan yang terpadu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dari definisi pendidikan dengan pendekatan sistem tersebut, maka kita bisa menarik beberapa bahasan ( diskursus ) penting yaitu bahasan tentang komponen pendidikan beserta fungsinya dan bahasan tentang tujuan pendidikan.

Komponen-Komponen Pendidikan

Komponen atau perangkat pendidikan merupakan bagian penting dari pedidikan sebagai sebuah sistem, sistem akan berjalan dengan lancar kalau komponen didalamnya berfungsi dengan baik. Dalam hal ini Philip Hall Coombs (Seorang ahli pendidikan Amerika, sekaligus kaki tangan Jhon F. Kenedi di bidang pengembangan pendidikan, hidup pada tahun 1956-2006) mengatakan bahwa di sana ada 12 komponen (12 sub-sistem atau anak sistem) pendidikan, yaitu;
1. Tujuan dan Prioritas
Komponen ini berfungsi sebagai pemberi arah yang terfokus terhadap pendidikan.
2. Peserta Didik
Komponen ini berfungsi sebagai objek pendidikan guna tercapainya proses belajar-mengajar.
3. Pengelolaan
Komponen ini fungsinya adalah merencanakan, mengkordinasikan, dan menilai.
4. Struktur dan Jadwal
Fungsinya adalah mengatur waktu dan mengelompokkan peserta didik berdasarkan tujuan tertentu.
5. Isi atau Kurikulum
Fungsinya adalah sebagai bahan yang harus dipelajari peserta didik.

Dalam sejarah pendidikan di indonesia, kurikulum telah mengalami bongkar-pasang berkali-kali, yaitu pada tahun 1950 dikeluarkan kurikulum yang dikenal dengan nama "Rencana Pelajaran Terurai", kemudian pada tahun 1960 hadir kurikulum dengan nama "Kewajiban Belajar Sekolah Dasar", pada tahun 1968 ada kurikulum baru sebagai perbaikan kurikulum tahun 1950, kemudian pada tahun 1970 dikeluarkan kurikulum yang terkenal dengan nama "Kurikulum Berhitung", pada tahun 1975 dikeluarkan kurikulum yang ber-fokus pada pelajaran matematika dan PPKN, lalu pada tahun 1984 hadir kurikulum yang dikenal dengan nama "Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)", yang kemudian disempurnakan pada tahun 1994, dan pada tahun 2004 seiring dengan semangat reformasi, dibuatlah kurikulum baru yang dinamakan "Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)", dan yang terakhir pada tahun 2006 ada kurikulum yang dinamakan "Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan".

6. Pendidik (Guru)
Fungsinya adalah menyediakaan bahan, menciptakan kondisi belajar, dan menyelenggarakan pendidikan.
7. Alat Bantu Belajar
Fungsinya memungkinkan proses belajar mengajar sehingga menarik, lengkap, bervariasi dan mudah.
8. Fasilitas
Fungsinya adalah sebagai tempat terselenggaranya pendidikan.
9. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan (seperti peraturan penerimaan peserta didik, pemberi nilai ujian, dan memberikan kriteria-kriteria yang baku).
10. Tekhnologi
Fungsinya adalah mempermudah atau memperlancar pendidikan.
11. Penelitian
Fungsinya adalah mengembangkan pengetahuan, mengembangkan sistem, dan mengevaluasi hasil kerja sistem
12. Biaya
Fungsinya untuk melengkapi semua kebutuhan pendidikan

Tujuan Pendidikan


Menurut UU RI No.20 tahun 2003 Bab II Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab..

Karena pendidikan adalah suatu sistem, maka pelaksanaan fungsi setiap komponen pendidikan, secara keseluruhan diarahkan demi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Pendidikan Sebagai Sistem dan Sub-Sistem


Pendidikan, selain sebagai sebuah sistem yang mempunyai komponen-komponennya, ia juga merupakan komponen dari sistem-sistem yang lain. Taruh saja misalnya; pendidikan merupakan salah satu komponen dari masyarakat, karena masyarakat adalah sistem yang lebih besar cakupannya, olehkarenanya, masyarakat di namakan supra-sistem. Maka dari itu, pendidikan bersanding dengan sistem yang lainnya, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem keamanan, dsb, yang semuanya merupakan komponen dari supra-sistem masyarakat. Sistem pendidikan memiliki ketergantungan kepada sistem-sistem lainnya, dan saling berhubungan atau saling mempengaruhi antar sistem pendidikan dengan sistem-sistem lainnya yang ada di dalam masyarakat.

Karakter Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem


Pendidikan sebagai sistem mempunyai karakteristik sebagai berikut;
1. Ditinjau dari asal usulnya, pendidikan tergolong ke dalam jenis sistem yang dibuat oleh manusia ( a man made system), dan bukan sistem yang dibuat oleh alam seperti sistem turunnya hujan.
2. Ditinjau dari eksistensinya ( wujudnya) maka pendidikan di golongkan pada sistem sosial.
3. Ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya, pendidikan tergolong ke dalam jenis sistem terbuka.
Karena sistem pendidikan merupakan system terbuka, maka sistem pendidikan mengambil masukan (input) dari masyarakat dan memberikan hasilnya/luaran (out put) kepada masyarakat. Dalam hal ini, Philip Hall Coombs mengatakan bahwa ada tiga jenis sumber utama (input) dari masyarakat bagi pendidikan sebagai sitem, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan, tujuan-tujuan, dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
2. Penduduk serta tenaga kerja yang tersedia.
3. Ekonomi atau penghasilan masyarakat.
Terhadap ketiga sumber utama input pendidikan tersebut, dilakukan seleksi berdasarkan tujuan, kebutuhan, efisiensi dan relevansinya bagi pendidikan. Selain itu, seleksi dilakukan pula atas dasar nilai dan norma tertentu dengan alasan bahwa pendidikan bersifat normatif. Hasil seleksi tersebut selanjutnya diambil atau diterima sebagai input sistem pendidikan. Input sistem pendidikan dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
1. Input mentah (raw input), yaitu peserta didik.
2. Input alat (instrumental input) seperti: kurikulum, pendidik, dll.
3. Input lingkungan (environmental input) seperti: keadaan cuaca, situasi keamanan masyarakat dll. yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses pendidikan.

Penutup

Dengan memakai pendekatan sebuah sistem, maka pemaknaan pendidikan dirasa luas, dan komplit, sekaligus kompleks. Sehingga tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan yidak bisa dipandang dari satu sisi saja, dan tidak dari sisi-sisi yang lainnya, misalnya, mewahnya gedung sekolah sebagai sarana pendidikan tidak bisa menjadi tolak ukur, atau jaminan akan keberhasilan pendidikan, karena bisa saja sekolah tersebut tidak memiliki guru-guru yang memadai. Demikiannlah, betapa komponen-komponen dalam pendidikan sebagai sebuah sistem itu berkaitan satu dengan lainnya.

Selanjutnya, pendidikan sebagai salah satu sistem dalam masyarakat (supra-sistem), sangat berkaitan dengan sistem-sistem lainnya dalam masyarakat. Misalnya; ada sekolah yang betul-betul berkualitas dari berbagai komponennya, baik itu sarana, kurikulum, guru, pendanaan, dsb, namun diluar sekolah sedang terjadi kerusuhan politik yang mengakibatkan siswa tidak bisa berangkat ke sekolah karena dikhawatirkan oleh kerusuhan tersebut. Dari contoh kasus sederhana itu, bisa disimpulkan bahwa pendidikan sebagai sistem, masih tetap bergantung terhadap sistem yang lainnya, yaitu sistem keamanan, seperti dalam contoh kasus di atas.

About This Blog

  © Blogger template Writer's Blog by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP